Filosofi Pendidikan
Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti
dilakukan banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam
kandungan dengan harapan ia bisa mengajar bayi mereka sebelum kelahiran.
Bagi sebagian orang, pengalaman kehidupan sehari-hari lebih
berarti daripada pendidikan formal. Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran
yang amat mendalam, sering kali lebih mendalam dari yang disadari mereka,
walaupun pengajaran anggota keluarga berjalan secara tidak resmi.
Fungsi Pendidikan
Menurut Horton dan Hunt, lembaga pendidikan berkaitan dengan
fungsi yang nyata (manifes). Mempersiapkan anggota masyarakt untuk mencari
nafkah, fungsi laten lembaga sebagai wadah pendidikan, melalui pendidikan di
sekolah orang tua melimpahkan tugas dan wewenangnya dalam mendidik anak kepada
sekolah. Sekolah memiliki potensi untuk menanamkan nilai pembangkangan di
masyarakat. Hal ini tercermin dengan danya perbedaan pandangan antara sekolah
dan masyarakat tentang sesuatu hal, misalnya pendidikan dan sikap terbuka. Pendidikan
sekolah diharapkan dapat mensosialisasikan kepada para anak didiknya untuk
menerima perbedaan prestise, privilese, dan status yang ada dalam masyarakat.
Memilih dan mengajarkan peranan sosila.
Upaya peningkatan mutu guru
Dalam konteks pembangunan sektor pendidikan, pendidik
merupakan pemegang peran yang amat sentral. Guru adalah jantungnya pendidikan.
Tanpa denyut dan peran aktif guru, kebijakan pembaruan pendidikan secanggih apa
pun tetap akan sia-sia. Sebagus apa pun dan semodern apa pun sebuah kurikulum
dan perencanaan strategis pendidikan dirancang, jika tanpa guru yang
berkualitas, tidak akan membuahkan hasil optimal. Artinya, pendidikan yang baik
dan unggul tetap akan tergantung pada kondisi mutu guru. Beberapa upaya untuk
meningkatkan mutu guru adalah sebagai berikut. Sertifkasi guru Program ini
sebenarnya diawali dari sebuah hipotesa, bahwa guru yang professional dan
berkualitas akan terwujud apabila kesejahteraannya mencukupi. Sebaliknya jangan
harap seorang guru akan professional, jika kesejahteraannya tidak mencukupi
untuk kehidupan sehari-hari. Lalu kemudian, ternyata hipotesa itu terjawab.
Dari data statistik menyebutkan bahwa para guru penerima tunjangan profesi yang
cukup besar, ternyata belum menunjukkan kemajuan kualitas dalam proses
mengajarnya. Mereka tidak berubah, mengajar biasa-biasa saja. Meskipun mereka
sudah menerima tunjangan profesi sebagaimana yang diharapkan pemerintah untuk
menjadi guru yang professional dengan berbagai kriteria yang sudah ditentukan
dalam proses sertifikasi guru. Jadi menurut penulis ada hipotesa baru, yaitu
‘besarnya penghasilan guru belum tentu menjadi penyebab berkembangnya kualitas
guru dalam bekerja’. Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik
untuk guru.
Peran guru dalam pembelajaran
Kualitas pendidikan bangsa ini banyak ditentukan oleh
kualitas para gurunya. Guru adalah ‘bos in the class’. Guru adalah orang yang
bertatap muka langsung dengan peserta didik. Sebagus apa pun dan semodern apa
pun sebuah kurikulum dan perencanaan strategis pendidikan dirancang, jika tanpa
guru yang berkualitas, tidak akan membuahkan hasil optimal. Artinya roda
komunitas yang bernama sekolah sangat diwarnai oleh kinerja dan mutu para
gurunya. Pentingnya peranan dan kualitas seorang guru berdampingan dengan
banyaknya problematika yang dihadapi oleh para guru. Hal yang mendasar pada
problem tersebut adalah ‘KEMAUAN’ untuk maju. Apabila kita percaya tidak ada
siswa yang bodoh dengan multiple intelligences-nya masing-masing, maka kita juga
harus percaya bahwa ‘tidak ada guru yang tidak becus mengajar’. Hanya saja
kenyataan yang terjadi adalah keengganan guru untuk terus belajar dan bekerja
dengan baik disebabkan oleh tidak adanya ‘KEMAUAN’ untuk belajar dan maju.
Ditegaskan UNESCO dalam laporan The International Commission on Education for
Twenty-first Century, yang menyatakan bahwa "memperbaiki mutu pendidikan
pertama-tama tergantung perbaikan perekrutan, pelatihan, status sosial, dan
kondisi kerja para guru; mereka membutuhkan pengetahuan dan keterampilan,
karakter personal, prospek profesional, dan motivasi yang tepat jika ingin
memenuhi harapan stakeholder pendidikan" (Delors, 1996).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar